Tuesday 24 January 2017



UMKM (USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
DI KABUPATEN KEBUMEN
Oleh: Salsabila Firdausy

Artikel ditulis berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Kebupaten, 2015



Pertumbuhan ekonomi di Kebumen tidak terlepas dari peran sektor UMKM. Usaha skala industri menengah di Kebumen tercatat 41 perusahaan, yang terdiri dari 4 perusahaan makanan, minuman, dan tembakau, 3 perusahaan industri kayu, 3 perusahaan tekstil dan pakaian, 3 perusahaan kertas, 4 perusahaan industri kimia, 19 perusahaan barang galian non-logam, 1 perusahaan olahan logam, dan 4 perusahaan industri lainnya. Selanjutnya, usaha skala industri kecil dan mikro tercatat 54.823 perusahaan, terdiri dari 35.840 (65,37%) perusahaan makanan, minuman, dan tembakau, 8.739 (15,94%) perusahaan kayu, dan 5.398 (9,85%) perusahaan industri lainnya (Kebumen dalam Angka, 2015).
UMKM di Kebumen juga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dari total 124.083 tenaga kerja di sektor industri, sektor UMKM sendiri mampu menyerap 96,99% dari total tenaga kerja.

Berdasarkan gambar 1, sektor usaha kecil dan mikro menyerap tenaga kerja paling besar di Kabupaten Kebumen, yaitu sebesar 95,79%, disusul dengan sektor usaha besar sebesar 3,01%, dan sektor usaha menengah sebesar 1,2%. Data tersebut menunjukkan bahwa UMKM memiliki peran yang sangat besar dalam menopang perekonomian masyarakat Kabupaten Kebumen.
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan beberapa informan di Kebumen, teridentifikasi beberapa masalah yang menjadi hambatan pengembangan UMKM di Kebumen, antara lain:

  1. Masalah dalam aliran modal kerja maupun investasi. Pentingnya UMKM dalam menopang perekonomian Kebumen mendorong pemerintah untuk mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka pengembangan UMKM. Adapun dalam hal pemberian modal, lembaga keuangan bank formal maupun informal terus juga turut sera meningkatkan porsinya bagi pengembangan UMKM di Kebumen serta mendorong kemudahan akses bagi perolehan modal usaha. Di Kebumen itu sendiri, peningkatan pembiayaan sektor UMKM oleh Perbankan kian meningkat jumlahnya.  Pada tahun 2014, angka kredit mencapai Rp 1.463.190.000.000, naik 11,57% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.  Dari angka tersebut, penyeluran kredit terhadap usaha menengah sebesar 22,92% dari total penyeluran kredit.  Sedangkan penyaluran kredit untuk usaha skala kecil dan mikro masing-masing 42,65% dan 34,43% (Kebumen dalam Angka, 2015). Meskipun angka penyaluran modal terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun pada umumnya UMKM sulit mempersiapkan berbagai syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh kredit, baik dalam mempersiapkan NPWP, proposal kelayakan usaha, maupun laporan pertanggungjawaban. Sedangkan berbagai program pemerintah dalam rangka meningkatkan UMKM masih belum merata menjangkau seluruh kalangan UMKM.
  2. Sulit dalam membuka akses pasar. Hal ini umumnya disebabkan oleh keterbatasan informasi mengenai perubahan dan permintaan pasar, kurangnya promosi, kurangnya pengetahuan mengenai bisnis, serta keterbatasan kemampuan dan alat komunikasi. Hasil wawancara dengan sejumlah pelaku LSM menyatakan bahwa masalah utama UMKM Kebumen dalam hal akses pasar adalah pengemasan yang tidak baik dan rendahnya skill pelaku UMKM dalam melakukan pemasaran.
  3. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia para pelaku UMKM. Hasil wawancara dengan sejumlah pelaku usaha dan LSM menunjukkan bahwa kualitas SDM UMKM di Kebumen masih minim, khususnya dalam hal teknologi.
  4. Kesulitan dalam pengadaan bahan baku, baik bahan baku impor maupun lokal. Permasalahan yang sering kali muncul adalah harga yang mahal, waktu yang lama, buruknya infrastruktur, tingginya biaya transportasi, dan persediaan bahan baku yang sering kali terbatas. Hal ini menyebabkan tingginya harga produksi yang berimbas pada naiknya harga produk atau penurunan mutu produk.
  5. Teknologi yang digunakan masih rendah yang ditandai oleh peralatan produksi yang digunakan masih tradisional, tidak mampu melakukan penelitian dan pengembangan, kurangnya informasi tentang teknologi, serta kurangnya dukungan instansi teknis dan perguruan tinggi dalam pengembangan teknologi. Rendahnya teknologi yang digunakan berakibat pada kurangnya diversifikasi produk, rendahnya produktivitas, dan rendahnya mutu produk. Keadaan demikian tentu akan berdampak pada kesulitan dalam pemasaran, lemahnya kemampuan bersaing, baik pada tingkat regional maupun nasional.
  6. Kesulitan dalam administrasi pembukuan. Sebagian besar UMKM belum melakukan pencatatan kegiatan usaha dan keuangan secara tertib dan baik. Sering dijumpai pengelolaan keuangan usaha dijadikan satu dengan keuangan rumah tangga. Sistem pembukuan yang tidak baik berdampak pada sulitnya memperoleh dana pinjaman bantuan modal dari lembaga keuangan khususnya bank. Di sisi lain, kebutuhan modal kerja sangat diperlukan guna meningkatkan skala produksi. Kenyataan menunjukkan bahwa UMKM terpaksa menolak pesanan produk yang banyak karena tidak mampu menghasilkan produk dalam skala yang diinginkan oleh pembeli karena terbatasnya modal kerja.
Permasalahan tersebut menunjukan bahwa dalam upaya pengembangan UMKM, tidak cukup hanya penyediaan modal. Penyediaan kredit usaha yang bersubsidi dan kemudahan peminjaman modal, tidak serta-merta mendorong kemajuan UMKM. Diperlukan upaya komprehensif dalam pengembangan UMKM. Program kemitraan yang ada saat ini pun belum berhasil menaikan margin UMKM. Hal ini disebakan pelaksanaan kemitraan hanya sekedar mengikuti anjuran pemerintah, bukan ditujukan untuk meningkatkan integrasi antara UMKM dan perusahaan besar untuk mendorong penambahan nilai yang saling mendukung dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi



BACA JUGA:
Perekonomian dan Investasi di Kabupaten Kebumen
UMKM di Kabupaten Kebumen
Kinerja Pelayanan Publik di Kabupaten Kebumen
Studi Pemerintahan dan Kepemimpinan di Kabupaten Kebumen


REFERENSI
BPS Kebumen. 2010. Kebumen dalam Angka 2010. Kebumen: BPS Kebumen.
BPS Kebumen. 2011. Kebumen dalam Angka 2011. Kebumen: BPS Kebumen.
BPS Kebumen. 2012. Kebumen dalam Angka 2012. Kebumen: BPS Kebumen.
BPS Kebumen. 2013. Kebumen dalam Angka 2013. Kebumen: BPS Kebumen.
BPS Kebumen. 2014. Kebumen dalam Angka 2014. Kebumen: BPS Kebumen.
BPS Kebumen. 2015. Kebumen dalam Angka 2015. Kebumen: BPS Kebumen.

2 comments:

  1. mantapp, sukses selalau Ka !

    ReplyDelete
  2. Nama septi setyaningrum saya dari kebumen saya setelah dampak covid ini saya tida ada pemasukan sama sekali saya pedagang es eceran

    ReplyDelete