Wednesday, 25 January 2017



HOLAKRASI: KONSEP DAN PENERAPANNYA
(Manfaat Penerapan Holakrasi)

     HolacracyOne, LCC dalam bukunya menyatakan bahwa organisasi yang menerapkan sistem holakrasi dalam prosesnya, akan memeperoleh berbagai manfaat, antara lain:
  1. Holakrasi membuat organisasi lebih sensitive terhadap perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.  Hal ini berdampak pada kecepatan dan responsifitas organisasi dalam menghadapi masalah tersebut.
  2. Holakrasi membuat organisasi lebih mudah dan cepat dalam mengintegrasikan sesuatu yang baru ke dalam seluruh lapisan organisasi.  Dengan ata lain, organisasi akan lebih adaptif dalam mengadapi berbagai perubahan.
  3. Holakrasi ‘memaksa’ organisasi untuk terus belajar.  Perubahan lingkungan yang kerap kali terjadi harus direspon secara cepat oleh semua lapisan organisasi, kemudian dikembangkan dan dianalisis secara mandiri untuk menghasilkan pemecahan masalah. Hal tersebut menciptakan sebuah organisasi yang tanggu dengan kemandirian dan kekuatan masing-masing lapisan organisasinya.
  4. Holakrasi mendorong terciptanya organisasi yang dinamis dalam membuat keputusan.  Ketika terjadi perubahan lingkungan atau permasalahan dalam suatu organisasi, maka secara otomatis anggota organisasi akan menyadari siapa yang seharusnya membuat keputusan atau lapisan organisasi mana yang seharusnya bertindak, dan bagaimana menghadapi permasalahan tersebut.  Proses tersebut mengalir secara natural sebagai dampak dari fleksibilitas pengambilan keputusan.
 Holakrasi mengklaim mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi kebanyakan organisasi saat ini.  Organisasi tradisional yang terkenal dengan sistem top-down dianggap tidak efektif lagi diterapkan di era inovatif saat ini.   Berbagai kritik telah muncul terhadap model tradisional tersebut, seperti proses yang kaku, tujuan tidak jelas, kurangnya keterlibatan anggota, sulit menghadapi perubahan, over-lapping, dan lain sebagainya (lihat gambar 1).  Tidak peduli seberapa banyak pelatihan kepemimpinan yang diberikan, restrukturisasi yang dilaksanakan, maupun berbagai metode pengembangan organisasi, karena pada akhirnya organisasi tetap tidak mencapai target karena kesalahan melekat pada struktur organisasi mereka.

 
Baca juga:

DAFTAR PUSTAKA
Allen, Kieran. 2004. Max Weber: A Critical Introduction. London: Pluto Press.
Bernstein, Ethan, John Bunch, Niko Canner, and Michael Lee. 2016. Beyond The Holacracy Hype. Diakses dari https://hbr.org/ pada 01Agustus 2016.
Groth, Aimee. 2013. Zappos is Going Holacratic: No Job Titles, No manager, No Hierarchy. Quartz: Retrieved.
HolacracyOne, LCC. 2000. Holacracy: Discover A Better Way of Working. USA: HolacracyOne, LCC
HolacracyOne, LCC. 2000. Working With Holacracy. Netherlands: Westerstraat 187 1015 MA Amsterdam The Netherlands.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Rivai, Vethzal & Basri. 2005. Peformance Appraisal: Sistem yang tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Robertson, 2007. Organization at The Leading Edge: Introducting Holacracy. United States.
Rudd, Olivia. 2009. Business Intelligence Success Factors: Tools for Aligning Your Business in the Global Economy. John Wiley & Sons.
Sisney, Lex. 2014. An Inside Look at Holacracy. Diakses dari http://organizational physics.com pada 01Agustus 2016.
Wahyu, Reza. 2012. Kiat Sukses Manajemen Zappos. Diakses dari https://tipsmotivasi. com pada 01Agustus 2016.

0 komentar:

Post a Comment