Thursday 19 September 2019


APA SAJA UNSUR PEMBENTUK DESTINASI PARIWISATA?

Penyelenggaraan kepariwisataan pada hakekatnya dilakukan atas dasar beberapa hal yang menjadi motivasi serta kebutuhan setiap orang yang melakukan perjalanan. Tidak peduli wisatawan berpergian untuk keperluan keluarga, bisnis, pesiar, kesehatan, keagamaan, konferensi, pertandingan, olahraga, atau pendidikan.  Wisatawan akan mendatangi tempat dimana keperluan itu akan dipenuhi.  Dengan kata lain, tempat yang menjadi tujuan perjalanannya memiliki sesuatu yang memotivasinya untuk berkunjung ke tempat tersebut.

Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009, destinasi pariwisata adalah kawasan greografis yang berada dalam satu atau lebih administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksestabilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Destinasi pariwisata paling tidak mancangkup komponen-komponen utama (Sunaryo, 2013: 159), yaitu:

  • Daya Tarik (Atraction) yang mencakup daya tarik yang bias berbasis utama pada kekayaan alam, budaya, maupun buatan (artificial).
  • Aksesitabilitas (Accestability) yang mencakup dukungan sistem transportasi yang meliputi rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan, dan moda transportasi yang lain.
  • Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata yang meliputi akomodasi, food and baverage, toko cindera mata, retail, biro perjalanan, pusat informasi wisata, tempat penukar uang, dan fasilitas penunjang keamanan lainnya.
  • Fasilitas Pendukung (Ancillary Services) yang mencakup berbagai fasilitas pendukung yang digunakan wisatawan, seperti bank, telekomunikasi, pos, rumah sakit, dan lain sebagainya.
  • Kelembagaan (Institution) yang berkaitan dengan keberadaan atau peran masing-masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan kepariwisataan termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah.
Sedangkan menurut Depbudpar (2007), komponen klaster destinasi pariwisata dapat dilihat pada skema 2 berikut.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa destinasi merupakan suatu area geografis tertentu yang di dalamnya terdapat komponen produk pariwisata (daya tarik, amenitas, aksestabilitas) dan unsur pendukung lain (aksestabilitas, fasilitas pendukung, kelembagaan) yang membentuk sistem yang sinergis dalam menciptakan motivasi kunjungan dan kepuasan bagi wisatawan.
Berbagai komponen pembentuk pariwisata yang telah dipapakan sebelumnya menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor yang holistik. Sektor pariwisata tidak hanya berfokus pada pengembangan daya tariknya saja, melainkan juga mampu menggerakan kegiatan-kegiatan usaha terkait dalam berbagai skala usaha (mikro hingga makro), serta menciptakan efek yang sangat panjang.  Dengan demikian, sektor pariwisata secara teoritik memiliki kemampuan yang sangat besar dalam menciptakan dampak ekonomi bagi daerah atau masyarakat lokal. Fenomena inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan trickle-down effect dan multiplier effect pariwisata (Sunaryo, 2013: 37).

Konsekuensi dari adanya multiplier effect di sektor pariwisata adalah bahwa masyarakat dipandang sebagai satu bagian dari suatu ekosisitem. Daerah yang terkena dampak (impacter area) dipandang sebagai suatu ekosistem dengan berbagai macam komponen yang saling berhubungan. Selanjutnya yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana ekosistem itu berfungsi, bagaimana saling terkait antar sub-sistem, dampak apa yang akan terjadi, dan untuk berapa lama dampak itu akan berlangsung. Adapun rangkaian dampat positif kepariwisataan dan interaksinya dalam suatu sub sistem secara lebih jelas disajikan dalam gambar 3 berikut.

Berbagai komponen tersebut akan menjadi rangkaian interaksi yang sistemik dan sinergis dalam satu kesatuan sistem yang saling menunjang dan melengkapi.  Jadi secara keseluruhan, interaksi sistemik tersebut akan membentuk suatu karakter destinasi yang kuat, serta mempunyai daya saing dan keunggulan banding vis a vis destinasi dibanding dengan sekitarnya. 

Selain itu, di dalam masyarakat itu sendiri juga terdapat sub-sistem yang saling interaktif, yaitu sistem sosial, ekonomi, dan sistem fisik (D’Amore & Rittenberg, 1995:24).  Masing-masing sistem juga saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam konteks pariwisata, keterkaitan antar-sub-sistem dalam masyarakat tersebut secara lebih rinci dijelaskan dalam skema berikut.
 REFERENSI

D’Amore, Lao and Shcila Rittenberg. 1995. Social Impact Assesment: A State Of The Art.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007. Destinasi Pariwisata Nasional. Diakses melalui http://parekraf.go.id pada 06 Maret 2015.
Sunaryo, Bambang. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

0 komentar:

Post a Comment